Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 13 November 2013

WHO I AM

‘’WHO AM I?’’,CERITA TENTANG REFLEKSI KEHIDUPAN

‘’Who am I?’’
            Nama saya Rendika Ferri Kurniawan, panggilan akrab saya “axing”. Entah mengapa saya bisa dipanggil begitu. Dulu pada saat saya masih duduk di bangku SD, saat pelajaran sejarah tersebutlah pendeta budha di kerajaan sriwijaya bernama “It-sing”, saat itu saya disuruh membaca oleh ibu guru, tetapi saya salah membaca menjadi axing, sehingga ditertawakan oleh teman-teman. Sejak itu saya dijuluki axing, bahkan sampai sekarang. Saya lahir di Magelang, 16 Oktober 1991 Rabu Pon. Saya anak pertama dari 3 bersaudara, saya lahir di tengah keluarga sederhana yang bahagia.
 Ayah saya seorang anggota TNI yang berpangkat Kopral Kepala di Akademi Militer. Ayah saya adalah sosok yang paling saya kagumi di dunia ini, dia memberikan saya pedoman hidup, nasehat yang berharga. Ayah saya terlahir di keluarga sederhana di daerah purworejo. Beliau sangat serius dalam masalah pendidikan, beliau berprestasi di bidang akademis juga di bidang non-akademis. Beliau tidak dapat menamatkan sekolahnya di STM karena alasan biaya, tetapi beliau tidak berputusasa. Beliau mengikuti perekrutkan Calon Tamtama sukarela dan kemudian diterima sebagai anggota TNI. Beliau selalu berkata bahwa segala usaha tanpa doa adalah hal yang sia-sia.
Ibu saya seorang ibu rumah tangga yang penyayang dan ramah terhadap semua orang. Ibu saya seorang yang juga terlahir dari keluarga sederhana, beliau keras dalam mendidik anak-anaknya untuk kebaikan anak-anaknya. Beliau penawar rasa sedih saya, menghibur saya. Beliau merupakan orang terhebat bagi saya di seluruh dunia.
Saya besar di magelang, kota kecil yang damai. Usia 5 tahun saya mulai bersekolah TK di TK ABA Aisyiah di sebuah desa kecil,Kalinegoro, disana saya belajar tentang agama, akidah, berhitung, menggambar dan banyak lagi. Ada kejadian menarik pada saat saya bersekolah di TK, waktu itu saya sedang bermain dengan teman-teman di halaman sekolah. Kemudian saya memanjat pohon beringin kecil di halaman sekolah, tetapi tiba-tiba saat saya memanjati pohon itu, kepala saya terjepit diantara dahan pohon beringin, yang saya lakukan hanya menagis kala itu. Akhirnya saya dibantu oleh guru saya yang kebetulan seorang paranormal juga, kata beliau beringin itu terdapat penunggunya yang merasa terganggu oleh tingkah saya. Sejak saat itu kami takut bermain didekat pohon beringin keramat itu.
Setelah lulus Tk, saya melanjutkan ke SD Kalinegoro III yang merupakan SD yang populer di daerah sana. Banyak sekali kejadian-kejadian yang saya alami, baik maupun buruk. Saat di SD, saya mempunyai banyak teman-teman berasal dari daerah lain. Pengalaman yang memalukan, saat itu saya mulai berbuat nakal sebagai anak kecil yang polos. Korupsi kecil-kecilan sampai mencuri buah mangga tetangga pernah saya lakukan. Setelah lulus SD, Saya melanjutkan di SMP N 1 Kota Mungkid yang terletak di ibu kota kabupaten magelang. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga saya dapat bersepeda saja sejauh 8 km.
Lulus SMP, saya melanjutkan ke SMA N 4 Magelang. Disini mulai muncul pemikiran ke depan, rencana jangka panjang. Mulai berfikiran dewasa, melihat masalah yang tidak hanya dilihat dari satu sisi dan berfikir matang untuk menyelesaikan masalah. Saya menyadari bahwa ini bukan saatnya main-main lagi. Saya menyukai pelajaran Kimia termasuk gurunya merupakan sosok yang saya idolai. Sehingga saya memutuskan akan bertekad bekerja di bidang kimia, saya merasa termotivasi oleh guru saya tersebut yang selalu menyemangati murid-muridnya. Kelas 3 mulai saatnya belajar dengan serius, saya bercita-cita akan meneruskan ke bangku kuliah apapun yang terjadi. Cita-cita saya adalah bersekolah di Universitas Gadjah Mada. Akhirnya setelah mengalami banyak rintangan, saya diterima di Program Stusi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, UGM. Saya sangat bersyukur sekali dapat diterima di UGM, merupakan kebanggaan besar dapat diterima dan dapat bersekolah di sana. Awalnya saya ingin meneruskan di jurusan Teknik Kimia tetapi tidak diterima, sehingga saat itu saya merasa bahwa saya tersesat di jurusan ini. Tetapi setelah beberapa lama penyesuaian, saya mulai menyukai jurusan Tanah tercinta ini,.sesuai dengan pedoman saya “tidak akan mundur sebelum berhasil, atau mati di tengah medan tempur!!”
Cita-cita saya hanyalah satu, saya hanya ingin membahagiakan orang tua saya. Mereka adalah segalanya bagi saya, dan saya sangat mencintai mereka. Motto hidup saya “Jangan menyerah sebelum berperang, tidak akan mundur sebelum menang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar